WidanaNews - Siapapun yang sanggup membayar USD 45-50 juta boleh ikut ke orbit dan berkunjung ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Harga yang senilai 520-580 miliar rupiah ini adalah harga untuk tur selama dua minggu di luar angkasa yang perjalanannya menggunakan pesawat ruang angkasa Rusia Soyuz, Energia Rocket and Space Corporation Rusia mengungkapkan.
ISS difoto dari pesawat ulang alik AS pada 8 September 2009. Setelah tahun 2011 hanya roket Soyuz Rusia yang melayani perjalanan ke ISS. (Gambar: NASA) |
"Perjalanan ke luar angkasa (yang lebih jauh dari orbit) adalah perjalanan untuk jarak tak lebih dari 100 kilometer. Berbicara tentang perjalanan ke orbit, sudah ada beberapa wisatawan yang melakukannya, namun tidak banyak orang yang tertarik," kata Presiden RKK Energia Rusia, Vitaly Lopota.
"Satu kursi untuk pergi ke ISS selama sekitar dua minggu adalah sekitar USD 45-50 juta," tambahnya seperti dikutip oleh Kantor Berita Itar-Tass.
Sebagai perbandingan, turis antariksa pertama di dunia, Dennis Tito, seorang multijutawan dan mantan insinyur NASA, ikut menumpang pesawat ruang angkasa Rusia Soyuz pada tahun 2001 dengan biaya sebesar USD 20 juta. Perjalannya ke ISS berlangsung selama delapan hari.
"Satu kursi untuk pergi ke ISS selama sekitar dua minggu adalah sekitar USD 45-50 juta," tambahnya seperti dikutip oleh Kantor Berita Itar-Tass.
Sebagai perbandingan, turis antariksa pertama di dunia, Dennis Tito, seorang multijutawan dan mantan insinyur NASA, ikut menumpang pesawat ruang angkasa Rusia Soyuz pada tahun 2001 dengan biaya sebesar USD 20 juta. Perjalannya ke ISS berlangsung selama delapan hari.
Untuk saat ini ada 925 aplikasi untuk tur perjalanan ke suborbital, yang terbagi pada empat perusahaan Amerika.
Tapi minimnya ketertarikan wisatawan tidak boleh menghentikan pengembangan bisnis pariwisata luar angkasa. Di masa depan, para ilmuwan ruang angkasa harus fokus pada kolonisasi planet lain.
"Lebih jauh dari Mars, kita tidak akan pergi," kata Lopota, sembari menambahkan bahwa untuk masuk lebih jauh ke ruang angkasa, maka harus diciptakan sistem perjalanan yang berbeda. Rusia sudah menyuarakan rencananya untuk menjajah bulan pada tahun 2030. Tahap pertama dari proyek ambisius ini kemungkinan akan segera dimulai setelah dua tahun dari sekarang.
Tapi minimnya ketertarikan wisatawan tidak boleh menghentikan pengembangan bisnis pariwisata luar angkasa. Di masa depan, para ilmuwan ruang angkasa harus fokus pada kolonisasi planet lain.
"Lebih jauh dari Mars, kita tidak akan pergi," kata Lopota, sembari menambahkan bahwa untuk masuk lebih jauh ke ruang angkasa, maka harus diciptakan sistem perjalanan yang berbeda. Rusia sudah menyuarakan rencananya untuk menjajah bulan pada tahun 2030. Tahap pertama dari proyek ambisius ini kemungkinan akan segera dimulai setelah dua tahun dari sekarang.
Sumber : artileri.org
0 komentar:
Posting Komentar